"Kami yakini tren, fundamental, nilai tukar rupiah ini undervalued [nilai di bawah fundamentalnya] dan insa Allah akan menguat ke arah Rp 15.000 di akhir tahun," kata Perry saat menyampaikan perkembangan ekonomi terkini secara virtual di Jakarta, Rabu (22/4/2020).
Perry menegaskan terkait dengan pasar saham domestik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga tidak selalu mengikuti perkembangan dari bursa saham utama global.
Terbukti, kata Perry, ketika bursa saham AS (Wall Street) terkoreksi, tapi pada saat yang bersamaan IHSG malah naik.
"Kelihatan di pasar saham, harga indeks saham tidak selalu mengikuti dengan perkembangan harga saham di luar negeri. Misalnya indeks di AS turun, tapi di Indonesia naik. Bahkan meningkat, levelnya 4.570, berarti naik 68 poin. Menunjukkan investor melihat perkembangan domestik," tegas Perry.
Mengacu data Bursa Efek Indonesia, pada perdagangan Rabu ini, pukul 14.37 WIB, 30 menit sebelum penutupan sesi II, IHSG melanjutkan penguatan dengan naik 1,6% di level 4.573. Dalam sebulan terakhir, IHSG menguat hingga 15%, kendati secara year to date masih terhempas hingga 27% sejak Januari.
Sementara itu, pada penutupan perdagangan Selasa, atau Rabu pagi waktu Indonesia, bursa saham Wall Street yang merupakan acuan atau barometer dari bursa saham global ditutup di zona merah karena investor melakukan aksi jual di tengah kemerosotan harga minyak mentah.
Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 631,56 poin atau 2,7% menjadi 23.018,88, Nasdaq turun 297,50 poin atau 3,5% pada 8.263,23 dan S&P 500 anjlok 86,60 poin atau 3,1% ke level 2.736,56.
"Yang terjadi di global gak diikuti di dalam negeri," kata Perry lagi. "Kelihatan di pasar saham, harga indeks saham tidak selalu mengikuti dengan perkembangan saham luar negeri."
Adapun terkait dengan rupiah, Perry lagi-lagi menegaskan nilai rupiah masih di bawah nilai fundamental sebenarnya.
"Keseluruhan nilai tukar rupiah cenderung stabil dan menguat. Teknikal berpengaruh, itu suatu pengaruh di teknikal. Fundamental rupiah undervalued, karena inflasi rendah, dan CAD [defisit transaksi berjalan] di Q1 lebih rendah," katanya.
"Secara keseluruhan di 2020 [CAD, current account deficit] akan lebih rendah di bawah 2 persen PDB. Dari 2,5-3 persen dari PBD di Q1, dan secara keseluruhan [CAD] akan di bawah 2 persen dari PDB, dan ini akan membawa penguatan rupiah. Cad lebih rendah dari perkiraan semula dan pengaruh kebijakan yang ditempuh BI, OJK, dan pemerintah, akan bawa confidence [kepercayaan diri pasar]."
(tas/tas)
"bursa" - Google Berita
April 22, 2020 at 02:50PM
https://ift.tt/2yBLCZD
IHSG Tak Selaras dengan Bursa Global, Apa Kata Bos BI? - CNBC Indonesia
"bursa" - Google Berita
https://ift.tt/2Nd6yfP
Bagikan Berita Ini
0 Response to "IHSG Tak Selaras dengan Bursa Global, Apa Kata Bos BI? - CNBC Indonesia"
Post a Comment