Search

AS & Singapura Terancam Resesi, Setangguh Apa Bursa Efeknya? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham global selama tahun berjalan (year to date/ytd) terus bergejolak di tengah pandemi virus corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) yang muncul pertama kalinya pada Desember 2019 di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Virus ini sudah menjadi pandemi global.

Penyebaran virus yang semakin masif ke seluruh belahan dunia, membuat volatilitas pasar modal relatif tinggi dan memberikan kekhawatiran para pelaku pasar saham. Kondisi ini memicu banyak investor menjauhi aset-aset berisiko (risk aversion) terutama pasar saham untuk sementara waktu.
Dampak pandemi ini semakin parah dan memicu pertumbuhan ekonomi sejumlah negara pun terkoreksi, bahkan menuju negatif. Dana Moneter Internasional (IMF) dalam dokumen bertajuk 'The Great Lockdown' meramal ekonomi global bakal terkontraksi tajam hingga minus 3% di tahun ini, jauh lebih buruk sejak krisis keuangan yang terjadi di 2008-2009.

"Virus corona dan upaya negara-negara untuk mengendalikannya telah menempatkan ekonomi global pada jalur resesi terburuk sejak Depresi Hebat (Great Depression)," kata Gita Gopinath, Kepala Ekonom IMF, Selasa (14/4/2020), dilansir CNBC International.


Berita tersebut lagi-lagi membuat ciut nyali pelaku pasar, sehingga mereka kian menjauhi aset-aset berisiko.


Sementara itu, sejumlah ekonom memprediksi AS saat ini sudah resesi. Meski pertumbuhan belum minus dalam kurun dua kuartal berturut selama setahun, sejumlah indikator dipercaya sudah menunjukkan hal tersebut seperti lantai bursa Wall Street yang terperosok cukup dalam, hingga data pengangguran AS yang terus bertambah.

Mengutip dari Reuters, penasihat Gedung Putih, Kevin Hassett dalam program ABC 'This Week', mengatakan bahwa tingkat pengangguran AS saat ini sebesar 16% atau bahkan lebih tinggi pada bulan April ini.

Sebanyak 26,5 juta warga AS mengajukan tunjangan pengangguran sejak pertengahan Maret 2020 lalu. Sedangkan penjualan ritel, pembangunan rumah, dan kepercayaan konsumen (consumer confidence) menurun dengan drastis.

Data-data tersebut tentunya mempengaruhi kinerja bursa saham Wall Street. Sementara pada perdagangan Senin Kemarin (27/4/2020) bursa saham Wall Street AS membukukan keuntungan setelah Gubernur New York Andrew Cuomo mengumumkan rencana untuk pembukaan kembali aktivitas ekonomi di negara bagian itu secara bertahap.

Cuomo menyarankan, penutupan bisnis di fase pertama yang melibatkan sektor-sektor yang rendah risiko seperti manufaktur dan konstruksi, dapat dimulai lagi aktivitasnya, tak lama setelah lockdown (karantina wilayah) berakhir pada 15 Mei mendatang, seperti dikutip dari CNBC Internasional.

Sebelumnya, 45 ekonom yang disurvei oleh Asosiasi Nasional untuk Ekonomi Bisnis (NABE) memperkirakan 
akan ada resesi yang tajam di AS untuk paruh pertama 2020 akibat pandemi virus corona. "Ini [Covid-19] sangat membatasi aktivitas ekonomi," kata lembaga itu, sebagaimana dilaporkan Reuters, Senin (13/4/2020).

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 358,51 atau 1,5%, pada 24.133,78, sementara S&P 500 menguat 41,74 poin atau 1,5% menjadi 2.878,48 sedangkan Nasdaq Composite melesat 95,64 poin atau 1,1% ke level 8.730,16.

 

 

Kendati demikian, selama tahun berjalan (YTD) sejak pandemi corona merebak, indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 4.404,66 poin atau 18,25% dari level 28.538,44 pada penutupan perdagangan akhir tahun 31 Desember 2019.

Sementara S&P 500 secara YTD melemah 352,3 poin atau 12,24% dari 3.230,78 pada penutupan perdagangan 31 Desember 2019, sedangkan Nasdaq Composite ambles 242,44 poin atau 2,78% dari level 8,972,60, mengacu data Refinitiv.

Bagaimana dengan Singapura? Negeri ini juga berpotensi mengalami resesi. Kontraksi tajam ekonomi Singapura diprediksi oleh ekonom DBS Group Research, Irvin Seah, dalam sebuah riset yang dipublikasikan Senin kemarin (27/4).

Tidak hanya di tahun ini, bahkan hingga kuartal II tahun depan PDB diramal masih minus, dan akan menjadi yang terburuk sejak negeri ini merdeka 9 Agustus 1965. Penyebabnya, penyebaran penyakit virus corona (Covid-19) yang terus meningkat meski Singapura sudah menerapkan kebijakan lockdown atau yang disebut "circuit breaker".


"Pertumbuhan PDB tahunan bisa turun di bawah -7% dalam dua kuartal mendatang, dan kemungkinan akan tetap berada di wilayah negatif hingga kuartal II-2021. Ini akan menjadi tahun paling gelap bagi perekonomian Singapura sejak negeri ini merdeka," tulisnya dalam riset yang dipublikasikan, Senin kemarin (27/4/2020).

Dari bursa saham Asia, yaitu pasar saham Singapura yang tercermin pada indeks Straits Times Singapore (STI) pada perdagangan hari Senin kemarin juga naik tajam terdorong saham sektor keuangan, saham properti dan industri.

Indeks STI melonjak 31,24 poin atau 1,24% menjadi 2.549,40 setelah diperdagangkan antara 2.525,60 dan 2.562,35. Volume transaksi tercatat mencapai 1,27 miliar saham senilai 1 miliar dolar Singapura. Ada 249 saham yang naik dan 165 saham turun, melansir dari RTTNews.

Selama tahun berjalan (YTD), indeks STI anjlok 679,01 poin atau 26,69% dari level 3.222,83 yang tercatat pada penutupan perdagangan akhir tahun 31 Desember 2019.

 

 

Perkiraan global untuk pasar Asia cukup optimistis di tengah ekspektasi stimulus dan berharap bahwa ekonomi AS akan segera dibuka kembali.

Saham-saham yang mendorong kenaikan STI pada hari Senin kemarin di antaranya, saham SembCorp Industries melonjak 5,44%, sementara Ascendas REIT melonjak 4,06%, Mapletree Logistics Trust melonjak 4,05%, KapitaLand Commercial Trust dan Hongkong Land Holdings keduanya naik 3,50%.

Sementara saham Mapletree Commercial Trust menguat 2,84%, Singapore Press Holdings naik 2,76%, sedangkan SingTel menguat 2,59% dan saham CapitaLand Mall Trust menguat 2,38%.

Minat beli pada perdagangan kemarin juga dipicu optimisme tentang stimulus tambahan menjelang pertemuan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve AS/The Fed) dan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) pada Kamis pekan ini.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

 

(har/har)

Let's block ads! (Why?)



"bursa" - Google Berita
April 28, 2020 at 04:08PM
https://ift.tt/2zx8hH6

AS & Singapura Terancam Resesi, Setangguh Apa Bursa Efeknya? - CNBC Indonesia
"bursa" - Google Berita
https://ift.tt/2Nd6yfP

Bagikan Berita Ini

0 Response to "AS & Singapura Terancam Resesi, Setangguh Apa Bursa Efeknya? - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.