JAKARTA, investor.id – Dalam sepekan, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) anjlok 7,3% atau berada pada level 5.452,7 dibandingkan penutupan pekan sebelumnya pada posisi 5.882,2. Nilai kapitalisasi pasar tergerus Rp 496 triliun (7,3%) menjadi Rp 6.304,2 triliun dibandingkan pekan lalu Rp 6.800,6 triliun.
Penurunan tajam IHSG hanya dalam lima hari perdagangan ini menembus empat level psikologis sekaligus, yaitu 5.800, 5.700, 5.600, dan 5.500. Adapun pemodal asing membukukan transaksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 4,17 triliun.
Penurunan tajam IHSG dipicu oleh sentimen negatif meluasnya wabah Virus Korona yang masif dan di luar dugaan. Per 1 Maret 2020, berdasarkan data worldometers.info, jumlah korban meninggal mencapai 2.979 orang. Sedangkan pasien yang sembuh sebanyak 42.591 orang. Total kasus yang terkonfirmasi sebanyak 86.993.
Akibatnya, selain IHSG, penurunan tajam juga terjadi di sejumlah indeks utama bursa global. Para pemodal cemas wabah Virus Korona atau COVID-19 ini menekan perekonomian dunia. Lantas, seberapa buruk kinerja IHSG selama sepekan dibandingkan indeks lainnya?
Berdasarkan data BEI, koreksi paling parah dialami indeks FT100 (UK) yang ambles 11,8%. Disusul Dow Jones (Amerika Serikat) sebesar 11,13%, SET (Thailand) 10,21%, All Ord. (Australia) 9,94%, dan Nikkei 225 (Jepang) 9,59%.
Selanjutnya, indeks KOSPI (Korsel) yang tergerus 8,13%, IHSG (Indonesia) 7,3%,Sensex 30 (India) 6,48%, STI (Singapura) 5,34%, Shanghai SE (Tiongkok) 5,24%, Hang Seng (Hong Kong) 4,32%, dan KLCI (Malaysia) 3,17%.
Itu berarti, dari 12 major world indices, IHSG berada di posisi 7.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, IHSG sebetulnya berusaha melawan arah pada perdagangan sesi II, Jumat (28/2). Namun, secara teknikal, indeks masih meninggalkan pola hammer yang merupakan pola penguatan. Jika bursa Amerika masih melemah, upaya IHSG untuk rebound itu bakal terkendala. “Senin (2/3), IHSG berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan melemah dalam rentang 5.200-5.530,” kata dia di Jakarta, Minggu (1/3).
Antisipasi
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan, tergerusnya IHSG memang murni akibat sentimen negatif Virus Korona. Dia menjelaskan, menyebarnya Virus Korona secara global membuat ketakutan pelaku pasar, sehingga mengganggu mata rantai ekonomi dunia.
“Seperti misalnya otomotif, ternyata juga terkena dampak Korona, karena beberapa sparepart dari Tiongkok, bahkan obat-obatan, banyak bahan bakunya dari Tiongkok. Jadi, ini mata rantainya sangat berpengaruh kepada yang lain, sehingga investor itu secara global menilai bahwa lebih tenang megang uang cash, sehingga mereka lebih banyak sell out,” ujarnya.
Inarno menegaskan, BEI sangat berhati-hati dan tak mau gegabah dalam menghadapi anjloknya IHSG. Meski demikian, pihaknya telah menyiapkan beberapa opsi strategis untuk mengantisipasi apabila pergerakan IHSG turun semakin mendalam.
“Penurunan ini memang terjadi secara global. Kalau kita lihat bursa-bursa lain di dunia tidak ada yang melakukan suspensi. Yang bisa kita lakukan yaitu mempersempit rentang dari rejection. Lalu, seperti opsi buyback, tapi itu juga bukan wewenang BEI, melainkan OJK,” jelas Inarno.
Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan OJK dan tidak mau terburu-buru untuk memberlakukan kebijakan baru terkait auto rejection, apabila nantinya IHSG semakin tergerus. Namun, BEI akan terlebih dahulu melakukan auto halt, jika situasi makin memburuk. “ Koordinasi dengan OJK intens. Ada beberapa policy yang beberapa bagiannya di OJK seperti buyback tanpa RUPS. Tapi, dari kami, ada juga kebijakan yang lain,” ujarnya.
Sementara itu, dalam surat keputusan Direksi PT BEI nomor Kep-00366/BEI/005-2012 mengenai tindakan yang dilakukan bursa dalam hal terjadi kondisi darurat pada poin III.3.8 disebutkan, jika terjadi kepanikan pasar dalam melakukan transaksi jual dan atau beli sehingga mengakibatkan IHSG mengalami penurunan lebih dari 10%, akan dilakukan trading halt selama 30 menit.
Namun, jika IHSG mengalami penurunan mencapai lebih dari 15% setelah trading halt, maka akan dilakukan trading suspend sampai akhir sesi perdagangan atau lebih dari satu sesi perdagangan setelah mendapat persetujuan OJK.
Selain opsi tersebut, lanjut Inarno, jika IHSG mengalami penurunan yang drastis, kemungkinan otoritas bursa akan membuka peluang untuk melakukan perubahan auto rejection simetris menjadi asimetris. Namun, langkah tersebut juga masih akan dicermati dengan hati-hati sambil mengamati pergerakan IHSG.
Sumber : Investor Daily
"bursa" - Google Berita
March 01, 2020 at 05:35PM
https://ift.tt/2wh0Q5q
Pekan Terburuk IHSG, tapi Seberapa Buruk Dibanding Indeks Bursa Global? Data Ini Bicara! - Investor Daily
"bursa" - Google Berita
https://ift.tt/2Nd6yfP
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pekan Terburuk IHSG, tapi Seberapa Buruk Dibanding Indeks Bursa Global? Data Ini Bicara! - Investor Daily"
Post a Comment