Cemas dan panik adalah dua kata yang menggambarkan psikologis pelaku pasar pada pekan ini. Bursa saham global anjlok signifikan setelah di awal pekan terjadi lonjakan kasus baru virus corona yang terjadi di luar China.
Korea Selatan, Italia dan Iran menjadi tiga negara yang melaporkan pertambahan jumlah kasus infeksi COVID-19 secara signifikan dan untuk pertama kalinya mengungguli jumlah kasus baru yang dilaporkan di China.
Bertambahnya jumlah kasus baru secara signifikan di luar China serta merembetnya infeksi ke lebih dari 50 negara menjadi ancaman serius bagi perekonomian global. Adanya risiko tersebut membuat investor memilih risk averse mode dan beralih ke aset-aset safe haven.
Tekanan jual yang terjadi di pasar saham global juga menular ke bursa saham kawasan Asia. Layaknya infeksi yang menular dengan cepat, Wall Street yang terus ditutup anjlok dalam sepekan juga menjangkit pasar ekuitas benua kuning.
Rata-rata koreksi yang terjadi di mayoritas bursa saham utama Asia pada hari terakhir perdagangan kemarin mencapai 2,71% dengan indeks SETi (Thailand) yang paling dalam anjloknya minus 3,77% dalam sehari.
Sementara dalam sepekan terakhir, rata-rata koreksi yang terjadi di bursa saham kawasan Asia adalah 6,36% dengan kinerja terburuk di catatkan oleh bursa saham Thailand. Indeks bursa tanah air juga mencatatkan koreksi yang dalam sebesar 7,3% dalam sepekan.
"COVID-19 telah tereskalasi dengan cepat - pertama di China dan sekarang menyebar ke negara lain - dan berdampak signifikan ke perekonomian" tulis Sonal Varma dan Rebecca Wang analis Nomura dalam sebuah laporan pada 27 Februari 2020, seperti diwartakan CNBC International.
"Mengukur dampaknya terhadap perekonomian masih menjadi tantangan mengingat belum adanya bukti-bukti kuat" tulis kedua analis itu. "Untuk itu, kami mengkombinasikan bukti-bukti dari berbagai perusahaan dan sektor di berbagai negara (bottom up) untuk mengevaluasi dampak makronya"
"Kesimpulannya adalah jangan meremehkan dampaknya terhadap aktivitas ekonomi dalam jangka pendek" tambahnya.
Walau Indonesia belum melaporkan adanya satu kasus pun, bukan berarti RI kebal dari dampak perekonomian yang ditimbulkan oleh patogen yang satu ini. Pasalnya yang terjangkit paling banyak adalah China sebagai negara dengan perekonomian paling besar kedua di planet bumi.
"bursa" - Google Berita
February 29, 2020 at 10:16AM
https://ift.tt/2TaO2pW
Sepekan Bursa Saham Global Rontok, IHSG Anjlok, Resesi? - CNBC Indonesia
"bursa" - Google Berita
https://ift.tt/2Nd6yfP
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sepekan Bursa Saham Global Rontok, IHSG Anjlok, Resesi? - CNBC Indonesia"
Post a Comment