Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,02% ke level 5.988,06. Per akhir sesi satu, apresiasi indeks saham acuan di Indonesia tersebut telah bertambah lebar menjadi 0,15% ke level 5.996,29.
Jika apresiasi IHSG bertahan hingga akhir perdagangan, maka akan menandai apresiasi selama empat hari beruntun.
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang justru sedang bergerak di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei terpangkas 0,17%, indeks Shanghai turun 0,59%, indeks Hang Seng melemah 0,78%, indeks Straits Times jatuh 0,71%, dan indeks Kospi terkoreksi 1,04%.
Terus meluasnya infeksi virus Corona menjadi faktor yang menekan kinerja bursa saham Benua Kuning. Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.
Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Melansir publikasi Johns Hopkins, hingga kini setidaknya sebanyak 28 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.
China, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.
Melansir CNBC International, hingga kemarin, Kamis (6/2/2020), sebanyak 636 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 31.000.
Riset dari Standard & Poor's (S&P) menyebutkan bahwa virus Corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sekitar 1,2 persentase poin. Jadi, kalau pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini diperkirakan berada di level 6%, maka virus Corona akan memangkasnya menjadi 4,8% saja.
Untuk diketahui, pada tahun 2019 perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh sebesar 6,1%, melambat signifikan dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Melansir CNBC International yang mengutip Reuters, pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990.
"Pada tahun 2019, konsumsi menyumbang sekitar 3,5 persentase poin dari pertumbuhan ekonomi China yang sebesar 6,1%. Dengan perkiraan konsumsi domestik turun 10%, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan berkurang sekitar 1,2 persentase poin," tulis riset S&P.
Meluasnya infeksi virus Corona memang datang di saat yang sangat tidak tepat, yakni kala masyarakat China tengah merayakan hari raya Tahun Baru China atau yang dikenal dengan istilah Imlek di Indonesia.
Selama libur Tahun Baru China, masyarakat China biasanya kembali ke kampung halamannya, sama seperti yang dilakukan masyarakat Indonesia pada hari raya Idul Fitri. Dalam periode tersebut, konsumsi masyarakat China biasanya akan meningkat drastis.
Pemerintah China sendiri sejatinya memperkirakan bahwa akan ada sebanyak tiga miliar perjalanan pada Tahun Baru China kali ini, naik dibandingkan tahun lalu yaitu 2,99 miliar perjalanan. Dari tiga miliar perjalanan tersebut, 2,43 miliar diperkirakan ditempuh dengan mobil, 440 juta dengan kereta api, 79 juta dengan pesawat terbang, dan 45 juta dengan kapal laut.
Namun, kemungkinan besar estimasi tersebut akan meleset jauh, mengingat banyak wilayah di China yang dikarantina guna menekan meluasnya infeksi virus Corona.
Bahkan, pemerintah China memutuskan untuk memperpanjang libur Tahun Baru China di negaranya. Sejatinya, libur Tahun Baru China pada awalnya dijadwalkan untuk berlangsung pada tanggal 24 hingga 30 Januari 2020.
Berlaku secara nasional, pemerintah China kemudian memperpanjang libur Tahun Baru China hingga akhir pekan kemarin.
"bursa" - Google Berita
February 07, 2020 at 11:50AM
https://ift.tt/2GYm7mv
Bursa Saham Asia Melemah, Akhir Sesi Satu IHSG Masih Hijau - CNBC Indonesia
"bursa" - Google Berita
https://ift.tt/2Nd6yfP
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bursa Saham Asia Melemah, Akhir Sesi Satu IHSG Masih Hijau - CNBC Indonesia"
Post a Comment