Pada Jumat (28/2/2020), harga emas di pasar spot naik tipis 0,01% ke level US$ 1.642,08/troy ons. Harga emas seolah tak bergerak padahal virus corona sebagai momok yang menghantui pasar keuangan makin ganas.
Data terbaru John Hopkins University CSSE menunjukkan bahwa jumlah orang yang terinfeksi secara global mencapai 83.342 orang di 52 negara di dunia. Jumlah korban meninggal sudah tembus 2.858 orang sampai hari ini.
Walau jumlah kasus baru di China sebagai episentrum penyebaran virus sempat dilaporkan turun, tetapi lonjakan kasus baru di Korea Selatan, Italia dan Iran membuat dunia kembali gempar.
Lebih dari 2.000 kasus infeksi virus corona telah dilaporkan di Korea Selatan. Patogen ganas itu telah merenggut nyawa 13 orang warga Korea Selatan hingga hari ini. Di Italia jumlah kasus infeksi mencapai 655 dengan 17 korban meninggal.
Sementara di Iran sudah ada 245 kasus dan jumlah korban meninggal yang dilaporkan merupakan yang paling banyak di luar China sebanyak 26 orang.
Dunia diliputi dengan kecemasan bahwa wabah ini akan menjadi pandemi yang dapat memukul perekonomian global. Walau WHO belum menyatakan kasus wabah tersebut belum menjadi pandemi, tetapi organisasi kesehatan dunia telah mewanti-wanti potensi wabah dari virus ini akan semakin mengganas.
"Tidak ada negara yang boleh merasa aman, itu fatal sekali. Virus ini punya potensi menjadi pandemi," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti yang diwartakan Reuters.
Kekhawatiran itu memicu terjadinya tekanan jual di bursa saham global dan memantik aksi jual besar-besaran yang terus terjadi beberapa waktu terakhir.
"Dalam beberapa pekan terakhir, pasar akhirnya menyadari bahwa penyebaran virus bisa seburuk ini. Sekarang investor sedang melakukan kalkulasi ulang dampak virus corona terhadap perekonomian," kata Philip Marey, Senior US Strategist di Rabobank, seperti diberitakan Reuters.
Pagi tadi tiga indeks saham utama Wall Street ditutup terkoreksi signifikan lebih dari 4%. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 4,44%, S&P 500 turun 4,43% dan Nasdaq Composite melorot 4,61%.
Pagi ini bursa saham kawasan Asia juga bergerak di zona merah. Indeks Nikkkei225 (Jepang) jeblok 4,03%, Hang Seng (Hong Kong) ambrol 2.9%, Shang Hai Composite (China) jatuh 2,74%, Kospi (Korea Selatan) melorot 2,95% dan Straits Times (Singapura) melemah 2,35%.
Namun sentimen itu tak membuat harga emas naik. Ada indikasi investor lari ke aset minim risiko lain seperti surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun.
Hal ini terlihat dari imbal hasil US Treasury Yield bertenor 10 tahun yang terus menurun dan sekarang berada di posisi paling rendah sepanjang sejarah (all time low).
Pasalnya kinerja ekonomi AS bisa dibilang cukup baik. Angka pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal ke IV 2019 pada pembacaan kedua tetap berada di 2,1% dan tidak direvisi.
Data ekonomi AS lain yang menunjukkan bahwa performa ekonomi AS cukup oke adalah data pemesanan barang-barang manufaktur drop 0,2% pada Januari 2020 lebih rendah dari bulan sebelumnya lebih baik dari ekspektasi pasar yang memperkirakan turun 1,5%.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
"bursa" - Google Berita
February 28, 2020 at 10:51AM
https://ift.tt/2T3WMyj
Bursa Saham Babak Belur, Harga Emas Masih Nyaman - CNBC Indonesia
"bursa" - Google Berita
https://ift.tt/2Nd6yfP
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bursa Saham Babak Belur, Harga Emas Masih Nyaman - CNBC Indonesia"
Post a Comment