Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan pemantauan pasar (market watch) menyikapi terkoreksinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih dari 2% pada sesi pertama perdagangan Kamis (27/2/2020).
Di sesi pertama, IHSG terkoreksi tajam 2,63% ke level 5.539,38 poin. Dengan demikian, IHSG sudah melemah 12,07% secara year to date. Transaksi saham di bursa mencapai Rp 3,18 triliun dari 2,89 miliar saham yang ditransaksikan dengan frekuensi 288,831 kali.
Pada awal sesi II, IHSG juga masih minus 2,55% pada pukul 14.12 WIB di level 5.544.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan, pemantauan sudah dilakukan otoritas bursa.
"Kami melalukan pemantauan apalagi index turun lebih dari 2 persen," kata Laksono Widodo, kepada CNBC Indonesia, Kamis (27/2020).
Sebelumnya, BEI telah menyiapkan protokol krisis untuk mengantisipasi pergerakan IHSG yang terus mengalami koreksi dalam satu hari. Namun, dia menegaskan, untuk koreksi hari ini belum termasuk protokol krisis.
"Belum masuk protokol krisis, tapi berjaga-jaga," kata dia.
CNBC Indonesia mencatat, jika IHSG sudah mengalami koreksi lebih dari 2% maka bursa akan mulai melakukan antisipasi, dan jika sudah terkoreksi 7,5% pada perdagangan intraday maka bursa akan menghentikan perdagangan pada hari tersebut.
"Kalau sampai dalam banget ada crisis protocol di atas 2% kita anggap mulai hati-hati, 5% itu kita buat analisa, 7,5% kami lakukan Crisis Meeting Team (CMT) meeting sirkuit breaker baru stop trade," kata Laksono kepada CNBC Indonesia, Selasa (14/5).
Para analis menyebut ada berbagai faktor yang menyebabkan IHSG tertekan cukup dalam pada perdagangan hari ini.
Menurut Direktur Utama CSA Institute, Aria Samata Santoso, menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan pelemahan IHSG. Pertama, adalah kejatuhan indeks Down Jones hampir 0,5%. Penurunan ini, ditengarai karena penyebaran virus Covid-19 yang menjadi kecemasan global.
"Faktor sentimen global masih dengan pelemahan indeks Dow Jones yang mendekati 0,5%, sentimen indeks regional Asia yang juga belum cukup optimistis," kata Aria, saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (27/2/2020).
Di sisi lain, kata Aria, dari faktor domestik, yang menyebabkan indeks ke zona merah hari ini adalah melemahnya 20 emiten dengan nilai kapitalisasi pasar besar (big caps) yang memberikan kontribusi terhadap IHSG.
"Salah satunya karena ex-date dividen BBRI minus hampir 7%, juga yang menjadi mover terbesar kedua terhadap IHSG," tutur Aria menjelaskan. Ex-date adalah hari setelah cum date atau pencatatan pemegang saham yang masuk hitungan pembagian dividen.
Dalam riset hariannya, Kresna Sekuritas menjelaskan melemahnya bursa saham di Amerika Serikat dan Eropa menjadi katalis negatif yang menekan IHSG.
Dari dalam negeri, catat Kresna Sekuritas, perkembangan kasus dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) masih terus berlanjut. Pemerintah memastikan tidak akan ada bailout atau dana talangan di tahun 2020. Selain itu, Pemerintah telah menetapkan beberapa syarat untuk opsi bailout Asuransi Jiwasraya pada tahun 2021.
(tas/tas)"bursa" - Google Berita
February 27, 2020 at 02:21PM
https://ift.tt/3aaavcB
Jangan Panik! Ini Strategi Bursa Saat IHSG Ambruk 2,6% - CNBC Indonesia
"bursa" - Google Berita
https://ift.tt/2Nd6yfP
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jangan Panik! Ini Strategi Bursa Saat IHSG Ambruk 2,6% - CNBC Indonesia"
Post a Comment