Search

Bursa RI Masih Rentan Tekanan, Simak 7 Aksi Koporasi Emiten - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir perdagangan pekan lalu ditutup 1,5% ke level 5.452,704. Posisi tersebut merupakan level penutupan terendah sejak 15 Maret 2017.

Sepanjang pekan lalu total IHSG sudah merosot 7,5%. Secara tahun berjalan atau year to date, IHSG melorot 13,44%.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Senin (2/3/2020):

1. Saham Blue Chip Dominasi Daftar Top Loser Sepekan
Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 7,3% ke level 5.452,7 mengikuti tren di bursa global. Momen langka pun terjadi, yakni saham-saham unggulan terjerembab ke daftar top loser (saham dengan koreksi harga terburuk).

Biasanya, top loser serta top gainer diisi oleh saham lapis kedua dan ketiga. Ini karena nilai kapitalisasi pasar mereka kecil sehingga persentase harganya lebih mudah digerakkan oleh transaksi di pasar yang nilainya kecil.

Namun, sepekan lalu, ketika bursa dunia berjatuhan hingga ribuan poin dalam sepekan, saham-saham unggulan pun dilanda aksi jual sehingga IHSG anjlok nyaris 600 poin dalam lima hari perdagangan pekan lalu. Ini menunjukkan aksi jual terjadi begitu masif hingga saham blue chip pun dilego besar-besaran tanpa ampun.

Menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia, enam dari 10 top loser di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pekan lalu adalah emiten kelas kakap (blue chip). Semuanya mencatatkan koreksi saham signifikan yang menggerogoti lebih dari sepersepuluh nilai sahamnya.

Mereka adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), dan PT Astra International Tbk (ASII).

2. Ini Rencana Besar Telkom pada 2020
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) bersiap mengembangkan bisnis digital yang berbasis solusi untuk pelanggan.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah ketika CNBC Indonesia Economic Outlook 2020. "Selain capex buat infrastruktur, kami juga akan merambah ke digital, data center, cloud, big data," kata Ririek, Rabu (26/02/2020).

Dia mengatakan produk-produk berbasis digital ini akan segera diluncurkan. Selain itu Ririek mengharapkan produk ini bisa diterima dan dipahami oleh masyarakat. Ririek menegaskan pengembangan produk digital bisa meningkatkan efisiensi dan menciptakan nilai tambah.

3.RI Bikin SWF, Luhut Sebut BlackRock & IDFC Berpotensi Masuk
Pemerintah dalam proses membentuk Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi Negara yang akan menampung dana asing yang masuk atau foreign direct investment (FDI). Pembentukan SWF ini juga berkaitan dengan pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah membuka peluang bagi investor asing dan pengelola dana global untuk masuk berinvestasi lewat SWF.

Hal itu diungkapkan Luhut setelah pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair dari Tony Blair Institute for Global Change dan founder & CEO Softbank Masayoshi Son di Istana Merdeka, kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat ini (28/2/2020).

4.Rugi Salim Ivomas Bengkak 613%, Laba Lonsum Drop 23% di 2019
Kinerja dua emiten sawit Grup Salim, yakni PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan anak usahanya PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) tertekan kendati nasib LSIP lebih baik karena masih mencetak keuntungan di tahun 2019.

Mengacu laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat ini (28/2/2020), kinerja SIMP masih terpuruk. Rugi bersih SIMP membengkak 613% menjadi Rp 546,15 miliar di tahun 2019, dari tahun sebelumnya yang juga rugi bersih Rp 76,57 miliar.

Catatan kerugian ini seiring dengan pendapatan perusahaan yang turun 3% menjadi Rp 13,65 triliun,dari tahun sebelumnya Rp 14,06 triliun.

Selain itu tekanan masih dikontribusi dari beban yang naik terutama beban operasi lain, beban umum dan administrasi yang melonjak, beban keuangan yang naik menjadi Rp 905,79 miliar dari Rp 855,19 miliar, dan adanya bagian atas rugi entitas sebesar Rp 10,79 miliar dari sebelumnya untung Rp 2,24 miliar.

5.Gagal Bayar, Ini Portofolio Wanaartha Life di Pasar Saham
PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha atau dikenal sebagai Wanaartha Life telah mengakui mengalami gagal bayar klaim nasabah, karena rekening efek miliknya diblokir oleh Kejaksaan Agung. Pemblokiran rekening efek tersebut menyebabkan Wanaartha Life tidak bisa menjual aset portofolionya guna membayar klaim nasabah. Namun sebenarnya apa saja investasi Wanaartha di pasar modal?

Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia dari data Kustodian Sentra Efek Indonesia (KSEI) pada 26 Februari 2020, Wanaartha Life memiliki kepemilikan di atas 5% pada empat perusahaan terbuka. Namun, investasi tersebut tidak ditempatkan pada emiten lapis utama.

Empat perusahaan terbuka tersebut adalah PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) dengan porsi kepemilikan 13,86%. Bank ini sebelumnya bernama Bank Pundi sebelum diakuisisi oleh Pemerintah Provinsi Banten.

Berikutnya PT Hensel Davest Indoensia Tbk (HDIT) dengan kepemilikan sebesar 5,11%. Perusahaan ini berdiri pada 2013 bergerak di bidang multi-biller dengan bisnis pertama sebagai dari pulsa elektrik hingga ke prepaid listrik dan biller lainya seperti BPJS dan PDAM. Kemudian, pada 2015 diluncurkan DavestPay untuk menyasar segmen B2C.


6. Bantu APLN Saur Utang, Trihatma Setor Rp 800 M via Saham Baru
Emiten properti PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) resmi akan menggelar aksi korporasi Penambahan Modal dengan skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue.

Berdasarkan prospektus tambahan yang dipublikasikan Jumat ini (28/2/2020), dana hasil Penawaran Umum Terbatas (PUT) I ini akan dipakai membayar utang kepada sejumlah kreditor dan sebagian untuk modal kerja perseroan.

Pemegang saham APLN sudah menyetujui rencana ini dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 5 November 2019, sementara tanggal efektif baru diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 27 Februari 2020.

Tanggal terakhir perdagangan saham dengan HMETD dilakukan pada 6-10 Maret, tanggal pencatatan untuk memperoleh HMETD (recording date) 10 Maret dan tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 Maret mendatang.

7.Rights Issue 15 Miliar Saham, Cucu Usaha Astra Bidik Rp 1,5 T
Manajemen cucu usaha Grup Astra, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) menegaskan target dana dari aksi korporasi penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD/rights issue) adalah sekitar Rp 1,5 triliun, bukan Rp 11,77 triliun sebagaimana diberitakan sebelumnya.

"Kami akan terbitkan 15 miliar saham baru, sementara itu untuk targetnya dana sendiri sekitar Rp 1,5 triliun saja, tidak mencapai Rp 11,7 triliun," tegas Maria Cesilia Hapsari, Corporate Secretary Acset, saat mengklarifikasi CNBC Indonesia, Jumat (28/2/2020).

Berdasarkan prospektus awal, Acset akan menerbitkan sebanyak 15.000.000.000 (15 miliar) saham baru dengan nilai nominal saham yang akan diterbitkan yakni Rp 100/saham, tapi harga pelaksanaan rights issue ini belum ditentukan. (hps/hps)

Let's block ads! (Why?)



"bursa" - Google Berita
March 02, 2020 at 08:50AM
https://ift.tt/2I6j8c6

Bursa RI Masih Rentan Tekanan, Simak 7 Aksi Koporasi Emiten - CNBC Indonesia
"bursa" - Google Berita
https://ift.tt/2Nd6yfP

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Bursa RI Masih Rentan Tekanan, Simak 7 Aksi Koporasi Emiten - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.