Bursa saham Benua Kuning menghijau kala ada rilis data ekonomi yang mengecewakan di China. Kemarin (27/10/2019), laba perusahaan-perusahaan industri di China diumumkan jatuh sebesar 2,1% secara tahunan (year-on-year/YoY) untuk periode Januari-September 2019, lebih dalam ketimbang penurunan pada periode Januari-Agustus 2019 yang sebesar 1,7% YoY.
Kehadiran asa damai dagang AS-China sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Pada hari Jumat waktu setempat (25/10/2019), Kantor Perwakilan Dagang AS melaporkan bahwa AS dan China telah dekat untuk memfinalisasi beberapa bagian dari kesepakatan dagang tahap satu antar kedua negara, seperti dilansir dari CNBC International.
Kantor Perwakilan Dagang AS melaporkan perkembangan tersebut pasca Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin melakukan pembicaraan via sambungan telepon dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He.
"Mereka membuat kemajuan dalam beberapa isu dan kedua pihak telah dekat untuk memfinalisasi beberapa bagian dari kesepakatan," demikian dilaporkan oleh Kantor Perwakilan Dagang AS.
"Perbincangan akan berlanjut di level deputi, dan para negosiator tingkat tinggi akan kembali berbincang melalui sambungan telepon dalam waktu dekat."
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya optimistis kesepakatan dagang AS-China tahap satu akan bisa ditandatangani dalam gelaran KTT APEC di Chili pada 16-17 November mendatang.
"Saya rasa itu (draf kesepakatan dagang) akan ditandatangani dengan cukup mudah, semoga saja pada saat KTT di Chili, di mana Presiden Xi dan saya akan berada," kata Trump di Gedung Putih.
"Kami bekerja dengan China dengan sangat baik," sambungnya menambahkan.
Untuk diketahui, kesepakatan dagang AS-China bisa menjadi kunci bagi kedua negara untuk menghindari yang namanya hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
Pada tahun 2018, International Monetary Fund (IMF) mencatat perekonomian AS tumbuh sebesar 2,857%, menandai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2015.
Pada tahun 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS melambat menjadi 2,6%. Untuk tahun 2020, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan kembali merosot menjadi 1,9% saja.
Beralih ke China, pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 diproyeksikan melandai ke level 6,2%, dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Pada tahun depan, pertumbuhannya kembali diproyeksikan melandai menjadi 6%.
Mengingat posisi AS dan China selaku dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, tentu laju perekonomian kedua negara yang relatif kencang akan membawa dampak positif yang signifikan bagi perekonomian dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
"bursa" - Google Berita
October 28, 2019 at 05:08PM
https://ift.tt/347ck71
Walau Data Ekonomi China Memble, Bursa Saham Asia Tetap Hijau - CNBC Indonesia
"bursa" - Google Berita
https://ift.tt/2Nd6yfP
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Walau Data Ekonomi China Memble, Bursa Saham Asia Tetap Hijau - CNBC Indonesia"
Post a Comment