Search

Ikuti Jejak Wall Street, Bursa Saham Asia Terkapar - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan hari ini, Rabu (23/10/2019), di zona merah: indeks Shanghai melemah 0,43%, indeks Hang Seng turun 0,82%, indeks Straits Times berkurang 0,52%, dan indeks Kospi jatuh 0,39%.

Kinerja Wall Street yang melempem pada perdagangan kemarin (22/10/2019) sukses memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Pada perdagangan kemarin, indeks Dow Jones turun 0,15%, indeks S&P 500 melemah 0,36%, dan indeks Nasdaq Composite terkoreksi 0,72%.

Wall Street harus rehat dulu pasca sudah menguat dengan lumayan signifikan pada perdagangan hari Senin (21/10/2019). Kala itu, indeks Dow Jones naik 0,21%, indeks S&P 500 menguat 0,69%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,91%.


Apalagi, rilis kinerja keuangan pada perdagangan kemarin juga tak mendukung bagi pelaku pasar saham AS untuk melakukan aksi beli. Saham McDonald's misalnya, tercatat ambruk 5% pasca melaporkan penjualan dan laba bersih yang berada di bawah ekspektasi para analis untuk periode kuartal III-2019.

Lebih lanjut, rilis data ekonomi yang mengecewakan ikut memantik aksi jual di bursa saham Asia. Pada hari ini, tingkat inflasi inti Singapura periode September 2019 diumumkan di level 0,7% secara tahunan, di bawah konsensus yang sebesar 0,8%, seperti dilansir dari Trading Economics.

Untuk diketahui, inflasi inti merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga barang dan jasa yang cenderung kecil fluktuasinya. Inflasi inti mengeluarkan barang dan jasa yang fluktuasi harganya cenderung tinggi seperti bahan makanan, serta barang dan jasa yang harganya diatur oleh pemerintah.

Ketika inflasi inti merangkak naik, kemungkinan besar penyebabnya adalah kenaikan permintaan yang berarti daya beli masyarakat semakin kuat. Inflasi inti periode September 2019 yang lebih rendah dari ekspektasi lantas menggambarkan bahwa tambahan kekuatan atas daya beli masyarakat Singapura tidaklah sebesar yang diharapkan para ekonom.

Di sisi lain, ada sentimen positif yang menyelimuti perdagangan di bursa saham Asia yakni komentar positif yang kembali ditebar oleh China terkait hubungan dengan AS di bidang perdagangan.

Wakil Menteri Luar Negeri China Le Yucheng mengatakan bahwa AS dan China telah mencapai perkembangan dalam negosiasi dagang kedua negara, seperti dilansir dari Reuters. Menurut Le, segala perbedaan yang ada antara AS dan China bisa diselesaikan selama keduanya menghormati satu sama lain.

"Selama kita saling menghormati satu sama lain dan bekerjasama dengan azaz keadilan, tidak ada perbedaan yang tak dapat diselesaikan antara China dan AS," kata Le.
"Yang China inginkan adalah memberikan kehidupan yang lebih baik bagi rakyatnya. Kami tak ingin merenggut apapun dari pihak lain. Tidaklah ada ceritanya bahwa China ingin menggantikan ataupun mengancam pihak lain," katanya guna semakin mendinginkan suasana dengan AS.

Dirinya kemudian menjelaskan bahwa AS dan China telah mencapai banyak hal melalui kerjasama selama bertahun-tahun.

"Untuk apa kita melepaskan capaian-capaian dari kerjasama tersebut?"

Jika benar AS-China bisa meneken kesepakatan dagang tahap satu pada bulan depan, tentu ini akan menjadi kabar yang sangat positif bagi perekonomian kedua negara lantaran roda perekonomian akan bisa dipacu untuk berputar lebih kencang.

Asal tahu saja, kesepakatan dagang AS-China bisa menjadi kunci untuk membebaskan kedua negara dari yang namanya hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)

Let's block ads! (Why?)



"bursa" - Google Berita
October 23, 2019 at 05:18PM
https://ift.tt/2BDWEvK

Ikuti Jejak Wall Street, Bursa Saham Asia Terkapar - CNBC Indonesia
"bursa" - Google Berita
https://ift.tt/2Nd6yfP

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ikuti Jejak Wall Street, Bursa Saham Asia Terkapar - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.