Pada penutupan perdagangan, indeks Nikkei terapresiasi 0,18%, indeks Shanghai naik 0,66%, dan indeks Kospi terkerek 0,54%.
Bursa saham Benua Kuning sukses mengekor jejak bursa saham AS alias Wall Street yang menghijau pada perdagangan terakhir di pekan kemarin, Jumat (17/1/2020). Pada penutupan perdagangan hari Jumat, indeks Dow Jones naik 0,17%, indeks S&P 500 menguat 0,39%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,34%. Ketiga indeks saham acuan di AS tersebut ditutup di level tertinggi sepanjang masa.
Rilis data ekonomi China yang menggembirakan menjadi faktor yang menopang aksi beli di bursa saham AS.
Sepanjang tiga bulan terakhir tahun 2019, perekonomian China tercatat tumbuh sebesar 6% secara tahunan, sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh Reuters. Untuk keseluruhan tahun 2019, perekonomian Negeri Panda tumbuh sebesar 6,1%, juga sesuai dengan estimasi. Angka pertumbuhan ekonomi China tersebut dirilis menjelang akhir pekan kemarin, Jumat.
Lantas, pertumbuhan ekonomi China melambat signifikan dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Melansir CNBC International yang mengutip Reuters, pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990.
Walaupun pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990, nyatanya hal tersebut sudah diekspektasikan oleh pelaku pasar. Seperti yang sudah disebutkan di atas, angka pertumbuhan ekonomi China untuk periode kuartal IV-2019 dan keseluruhan tahun 2019 sesuai dengan konsensus.
Lantas, pelaku pasar pun tak lagi kaget dengan perlambatan perekonomian China yang signifikan. Justru, fakta bahwa perlambatan ekonomi China tidaklah separah yang diekspektasikan menjadi faktor yang membuat pelaku pasar memburu instrumen berisiko seperti saham.
Lebih lanjut, data ekonomi China untuk periode Desember 2019 juga menggembirakan. Produksi industri untuk periode Desember 2019 diumumkan tumbuh sebesar 6,9% secara tahunan, mengalahkan konsensus yang sebesar 5,9%, seperti dilansir dari Trading Economics.
Kemudian, penjualan barang-barang ritel untuk periode yang sama tumbuh hingga 8% secara tahunan, juga di atas konsensus yang sebesar 7,8%, seperti dilansir dari Trading Economics.
Kedepannya, ada ekspektasi yang besar bahwa perlambatan ekonomi China bisa diredam. Pasalnya, AS dan China kini telah resmi meneken kesepakatan dagang tahap satu yang akan menjadi kunci dalam meredam tekanan terhadap perekonomian China.
Seperti yang diketahui, pada hari Rabu waktu setempat (15/1/2020) AS dan China menandatangani kesepakatan dagang tahap satu di Gedung Putih, AS. Dari pihak AS, penandatanganan dilakukan langsung oleh Presiden Donald Trump, sementara pihak China mengirim Wakil Perdana Menteri Liu He.
Sesuai dengan yang diumumkan oleh Trump pada bulan Desember, melalui kesepakatan dagang tahap satu AS akan memangkas bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar menjadi setengahnya atau 7,5%.
Sebelumnya, AS telah membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.
Lebih lanjut, kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China memasukkan komitmen dari China untuk membeli produk asal AS senilai US$ 200 miliar dalam kurun waktu dua tahun.
Kemudian, kesepakatan dagang tahap satu AS-China juga akan membereskan komplain dari AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam.
Melalui kesepakatan dagang tahap satu, China diwajibkan untuk membuat proposal terkait lankah-langkah yang akan diadopsi untuk memperkuat perlindungan hak kekayaan intelektual. Proposal tersebut harus disampaikan ke AS dalam waktu 30 hari setelah kesepakatan dagang tahap satu resmi berlaku.
Terkait dengan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam, di dalam kesepakatan dagang tahap satu disebutkan bahwa perusahaan-perusahaan harus bisa beroperasi di China "tanpa adanya paksaan atau tekanan dari pihak lain untuk mentransfer teknologinya ke pihak lain."
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank)"bursa" - Google Berita
January 20, 2020 at 05:07PM
https://ift.tt/2G55ipr
Ikuti Jejak Bursa Saham AS, Bursa Asia Menghijau - CNBC Indonesia
"bursa" - Google Berita
https://ift.tt/2Nd6yfP
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ikuti Jejak Bursa Saham AS, Bursa Asia Menghijau - CNBC Indonesia"
Post a Comment