Search

Jelang Penutupan, Bursa Saham RI Hanya Catat Transaksi Rp 4 T - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang penutupan perdagangan Selasa ini (26/11/2019), total nilai transaksi di pasar saham domestik tercatat tidak sampai setengah dari rata-rata nilai transaksi harian.

Pada pukul 14:40 WIB, data bursa mencatat total transaksi di pasar saham hanya sebesar Rp 3,6 triliun dengan volume perdagangan senilai 6,55 miliar unit transaksi. Nilai tersebut hanya 39,13% dari rata-rata nilai transaksi harian bursa saham Indonesia yang mencapai Rp 9,2 triliun. Pada pukul 15.16 WIB, transaksi harian naik menjadi Rp 4,39 triliun.


Besar kemungkinan pada penutupan perdagangan selisih tersebut akan sulit disusul, di mana ini berarti 14 hari beruntun pasar saham domestik Ibu Pertiwi selalu membukukan nilai transaksi di bawah Rp 9 triliun.

Sepinya transaksi di bursa saham Ibu Pertiwi seiring dengan sikap waspada pelaku pasar yang terus memantau perkembangan situasi geopolitik global, termasuk kondisi ekonomi.


Pertama tentunya adalah friksi dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang belum jelas, meskipun perwakilan kedua negara terus berkomunikasi menyelesaikan isu-isu penting masing-masing.

Sayangnya, hingga detik ini belum ada pernyataan tegas kapan kesepakatan dagang dapat ditekan oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Padahal tenggat waktu rencana AS untuk mengenakan bea masuk atas produk impor asal China pada 15 Desember 2019 hanya tinggal 3 minggu lagi.

Kedua, pesimisme perlambatan ekonomi terlihat di negara-negara maju, seperti Jepang dan AS. 

Pada September, indeks Leading Indicator di Jepang adalah 91,9, sama seperti bulan sebelumnya. Angka ini adalah yang terendah sejak November 2009 atau nyaris 10 tahun lalu. Kemudian, The Conference Board melaporkan, Leading Economic Index AS pada Oktober tercatat 111,7. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 111,8.

Artinya, masyarakat Negeri Sakura dan Negeri Paman Sam kurang pede menghadapi tantangan perekonomian ke depan.

Untuk diketahui Leading indicator adalah serangkaian data yang bisa memprediksi arah perekonomian ke depan. Misalnya penciptaan lapangan kerja atau keyakinan konsumen.


Ketiga, peluang bahwa Bank Sentral AS (The Fed) akan menahan suku bunga acuan pada pertemuan 11 Desember mendatang, membuat instrumen berbasis dolar AS menjadi lebih menarik dibandingkan dengan aset keuangan berbasis rupiah.

Hal ini mengingat dalam Gubernur The Fed Jerome Powell menyampaikan bahwa kebijakan moneter yang ditempuh The Fed sudah tepat dan ekonomi AS masih terus ekspansif.

"Dampak dari ekspansi ekonomi sekarang sudah dirasakan oleh masyarakat. Masih banyak yang akan dirasakan ke depan. Walau ekspansi ekonomi yang terjadi lebih lambat dari perkiraan kami sebelumnya," kata Powell, seperti diberitakan Reuters.

Belum lama ini rilis data, IHS Markit merilis angka pembacaan awal Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS periode November yang sebesar 52,2. Naik dibandingkan Oktober yaitu 51,3.

Kemudian, pembacaan awal PMI sektor jasa periode November menunjukkan angka 51,6. Juga naik dibandingkan Oktober yang sebesar 50,6.

Satu isu lagi yang juga ditengarai menjadi kendala naiknya transaksi ialah, aksi bersih-bersih yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belakangan ini, terutama transaksi saham lapis tiga, atau biasa disebut saham gorengan, yang terkendala beberapa kebijakan penertiban pasar.


TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/tas)

Let's block ads! (Why?)



"bursa" - Google Berita
November 26, 2019 at 03:17PM
https://ift.tt/35BLIvL

Jelang Penutupan, Bursa Saham RI Hanya Catat Transaksi Rp 4 T - CNBC Indonesia
"bursa" - Google Berita
https://ift.tt/2Nd6yfP

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Jelang Penutupan, Bursa Saham RI Hanya Catat Transaksi Rp 4 T - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.