Search

World War 3 Berpotensi Meletus, Bursa Saham Asia Melemah - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (3/1/2020), di zona merah.

Pada penutupan perdagangan, indeks Shanghai turun 0,05%, indeks Hang Seng melemah 0,32%, dan indeks Straits Times terkoreksi 0,41%. Untuk diketahui, perdagangan di bursa saham Jepang diliburkan pada hari ini.

Bursa saham Benua Kuning melemah seiring dengan memanasnya tensi geopolitik antara AS dan Iran. Mengutip CNBC International, AS dikabarkan telah menembak mati petinggi pasukan militer Iran. Eskalasi tersebut menandai semakin terpecahnya AS dengan Iran.


Mengutip CNBC International, Jenderal Qassim Soleimani yang merupakan pemimpin dari Quds Force selaku satuan pasukan khusus yang dimiliki Revolutionary Guards (salah satu bagian dari pasukan bersenjata Iran), dikabarkan tewas dalam serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad.


Selain itu, Abu Mahdi al-Muhandis yang merupakan wakil komandan dari Popular Mobilization Forces selaku kelompok milisi Irak yang dibekingi oleh Iran, juga dilaporkan meninggal dunia. Laporan dari CNBC International tersebut mengutip pemberitaan dari stasiun televisi di Irak, beserta pejabat pemerintahan.

Melansir Bloomberg, serangan udara yang diluncurkan oleh AS terjadi di dekat bandara internasional Baghdad.

Memanasnya tensi antara AS dan Iran bukan hanya diperbincangkan oleh pelaku pasar, namun juga masyrakat secara umum. Hingga berita ini diturunkan, kata "Iran" memuncaki daftar trending topic dunia. Sementara itu, Soleimani yang tewas dalam serangan AS menempati posisi tujuh.

Menariknya, trending topic dunia nomor dua dan tiga diisi oleh "World War 3" dan "WWIII". Memanasnya tensi geopolitik antara AS dan Iran telah memantik kekhawatiran bahwa perang dunia ketiga akan segera meletus.

World War 3 Berpotensi Meletus, Bursa Saham Asia MelemahFoto: Twitter


Hal ini sejatinya wajar saja. Pasalnya, Pentagon kini telah mengonfirmasi tewasnya Soleimani. Pentagon mengonfirmasi bahwa Soleimani tewas dalam sebuah serangan yang diluncurkan AS menggunakan drone.

"Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang diperlukan untuk melindungi personil AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani," tulis Pentagon dalam keterangan resmi.

"Jenderal Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang para diplomat dan personel militer AS di Irak dan seluruh kawasan regional," jelas Pentagon.

"Soleimani dan pasukan Quds beratnggung jawab atas kematian ratusan masyarakat AS dan personel militer koalisi, serta telah melukai ribuan lainnya."

Iran pun tak tinggal diam. Dalam pernyataanya, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengutuk keras tindakan AS. Dirinya menyatakan bahwa Iran tidak takut untuk membalas AS.

"AS bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan jahatnya," tegasnya melalui akun Twitter sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (3/1/2019).

Hal senada juga ditegaskan tokoh militer Iran Mohsen Rezaei. Dirinya menegaskan bahwa Iran akan melakukan balas dendam terhadap AS.

"Dia (Soleimani) bergabung dengan saudara-saudara lain yang syahid. Tetapi kita tetap akan membalas dendam ke AS," katanya, juga melalui akun Twitter.

Soleimani sendiri telah disanksi oleh AS sejak tahun 2007 dan pada Mei 2019, Washington memutuskan untuk melabeli Revolutionary Guards, beserta dengan seluruh bagiannya, sebagai organisasi teroris, menandai kali pertama label tersebut diberikan terhadap lembaga militer resmi dari sebuah negara.

Serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad merupakan eskalasi teranyar dari hubungan AS-Iran yang sudah panas dalam beberapa waktu terakhir. Pada pekan kemarin, seorang kontraktor asal AS diketahui tewas dalam serangan roket di markas militer Irak di Kirkuk.

Pembunuhan terhadap kontraktor asal AS tersebut kemudian direspons AS dengan menyerang pasukan militer yang dibekingi Iran di Irak. Selepas itu, kedutaan besar AS di Irak diserang oleh Kataeb Hezbollah, kelompok milisi yang dibekingi oleh Iran.

Jika ditarik lebih jauh, tensi antara AS dan Iran sudah panas sejak tahun 2018 silam kala AS menarik diri dari kesepakatan internasional yang bertujuan untuk membatasi ruang gerak Iran dalam mengembangkan senjata nuklir. Menurut Presiden AS Donald Trump, kesepakatan tersebut tak cukup dalam membatasi ruang gerak Iran. AS pun pada akhirnya kembali mengenakan sanksi ekonomi bagi Tehran.

Lebih lanjut, rilis data ekonomi yang kurang menggembirakan ikut menjadi sentimen negatif yang menyelimuti perdagangan di bursa saham Asia. Kemarin (2/1/2019), Manufacturing PMI China periode Desember 2019 versi Caixin diumumkan di level 51,5, lebih rendah dari konsensus yang berada di level 51,8, seperti dilansir dari Trading Economics.

Sebagai informasi, angka di atas 50 berarti aktivitas manufaktur membukukan ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi.

Walaupun aktivitas manufaktur China masih membukukan ekspansi pada bulan Desember, ekspansinya tidak sekencang yang diharapkan pelaku pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/ank)

Let's block ads! (Why?)



"bursa" - Google Berita
January 03, 2020 at 05:08PM
https://ift.tt/2SVjU26

World War 3 Berpotensi Meletus, Bursa Saham Asia Melemah - CNBC Indonesia
"bursa" - Google Berita
https://ift.tt/2Nd6yfP

Bagikan Berita Ini

0 Response to "World War 3 Berpotensi Meletus, Bursa Saham Asia Melemah - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.