Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah. Indeks bursa dalam negeri mengalami koreksi tipis 0,16% ke level 6.183,5 pada perdagangan Selasa. IHSG tak sendirian, mayoritas bursa saham kawasan Asia juga ditutup di zona merah. Hanya indeks Kospi dan Shanghai yang mampu finis di zona hijau.
Countries |
Index |
Daily Change (%) |
South Korea |
KOSPI |
0.45 |
China |
SH Comp. |
0.1 |
Malaysia |
FTSE BM |
-0.06 |
Japan |
Nikkei225 |
-0.09 |
Indonesia |
JCI |
-0.17 |
Hong Kong |
Hang Seng Index |
-0.22 |
Taiwan |
TAIEX |
-0.28 |
Singapore |
STI |
-0.53 |
India |
SENSEX |
-0.55 |
Philippines |
PSEi |
-0.56 |
Vietnam |
VN-Index |
-0.6 |
Senada dengan pasar saham, pasar surat utang negara (SUN) juga diwarnai dengan koreksi yang tercermin dari kenaikan imbal hasil (yield). Koreksi harga terjadi pada obligasi tenor 10, 15 dan 20 tahun.
Per 9 Desember 2019, Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan, investor asing menggenggam Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 1.066,27 triliun atau 38,5% dari total SBN beredar. Angkanya naik Rp 173 triliun dibanding posisi akhir tahun lalu.
Berbanding terbalik dengan IHSG dan pasar SUN, nilai tukar rupiah terhadap dolar justru ditutup menguat bersama renmimbi China, dolar Singapura dan dolar Hong Kong, Sementara di hari perdagangan yang sama won Korea dan yen Jepang malah terdepresiasi.
Currency |
Daily Change (%) |
CNY |
0.09 |
SGD |
0.08 |
IDR |
0.04 |
HKD |
0.02 |
KRW |
-0.12 |
JPY |
-0.17 |
Jika menilik fundamental ekonomi Indonesia sebenarnya pasar keuangan berpotensi terkena suntikan tenaga. Pasalnya, pekan kemarin Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan November secara tak terduga naik signifikan menjadi 124,2 jauh di atas bulan sebelumnya yang cuma 118,4.
Cadangan devisa (cadev) per akhir November 2019 juga tak banyak berubah. Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadev akhir November turun tipis menjadi US$ 126,6 miliar, masih jauh lebih baik dari konsensus yang meramal akan turun ke posisi US$ 126,3 miliar, mengutip Trading Economics.
Tambahan tenaga terakhir adalah rilis data penjualan eceran bulan Oktober yang juga melesat melampaui konsensus. Berdasarkan survei BI, penjualan ritel bulan ke-10 tahun ini tumbuh 3,6% secara tahunan (yoy). Angka tersebut jelas melebihi angka pertumbuhan bulan sebelumnya dan konsensus pasar yang masing-masing 0,7% dan 2,9%.
Nyatanya suntikan tenaga tersebut tak mampu membawa IHSG melenggang ke zona hijau pada perdagangan kemarin. Data otoritas bursa mencatat asing membukukan aksi jual bersih (net sell) alias kabur sebesar Rp 305,6 miliar. Nilai transaksi di bursa saham pun masih berada di bawah hari normal pada perdagangan Selasa kemarin dengan total transaksi sebesar Rp 6,3 triliun.
Saat ini investor memang tengah fokus pada perkembangan terbaru dinamika hubungan antara Amerika Chin dengan China. Tanggal 15 Desember semakin dekat, tetapi Washington dan Beijing masih tak sepaham soal kesepakatan dagang.
Banyak yang mulai skeptis kesepakatan dagang fase-I tak akan terjadi minggu ini dan membuat pengenaan tarif 15% terhadap produk China senilai US$ 156 miliar akan tetap berlaku efektif per 15 Desember. Faktor inilah yang membuat mayoritas bursa global ditransaksikan melemah kemarin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak sentimen penggerak emiten BUMN
"bursa" - Google Berita
December 11, 2019 at 08:12AM
https://ift.tt/34a8LN4
Sebelum Berburu 'Cuan' di Bursa Saham, Cek Dulu Medannya! - CNBC Indonesia
"bursa" - Google Berita
https://ift.tt/2Nd6yfP
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sebelum Berburu 'Cuan' di Bursa Saham, Cek Dulu Medannya! - CNBC Indonesia"
Post a Comment