Search

BTPN tak Bagi Dividen Sampai XL Merugi, Pantau 5 Emiten Ini - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan akhir pekan kemarin, Jumat (15/2/2019), dengan pelemahan dalam 2,03% ke level 6.389,08.

Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 1,13%, indeks Shanghai turun 1,37%, indeks Hang Seng turun 1,87%, indeks Straits Times turun 0,34%, dan indeks Kospi turun 1,34%.


Kekhawatiran terkait eskalasi perang dagang AS-China membuat bursa saham Benua Kuning ditinggalkan investor akhir pekan lalu yang bertepatan dengan berakhirnya perundingan dagang kedua negara.

Di saat yang sama, ada beberapa peristiwa yang terjadi pada emiten-emiten dan layak disimak oleh investor sebelum perdagangan hari ini, Senin (18/2/2019), dibuka.

1. Badai Belum Berakhir, Rugi XL Tahun Lalu Bengkak Rp 3,29 T
Emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk (EXCL) mencatatkan kinerja kurang menggembirakan di sepanjang tahun 2018. Emiten milik Axiata Berhad Malaysia ini membukukan rugi bersih Rp 3,29 triliun di tahun 2018, padahal pada 2017 mencetak laba Rp 375 miliar.

Dalam laporan keuangan EXCL yang telah diaudit dan disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia, Jumat (15/2/2019), EXCL mencatatkan pendapatan Rp 23,00 triliun, naik Rp 899 miliar dari tahun sebelumnya Rp 22,9 triliun.

Layanan data masih menjadi kekuatan utama EXCL. Sepanjang 2018, perusahaan mencatatkan pendapatan Rp 15,81 triliun, tumbuh 13% dari tahun sebelumnya Rp 14,05 triliun. Layanan non-data tercatat minus 34% di akhir 2018 sebesar Rp 4,06 triliun dari tahun sebelumnya Rp 6,02 triliun. Adapun, layanan telekomunikasi lain tercatat sebesar Rp 1,06 triliun, tumbuh 9% dari 2017 sebesar Rp 980 miliar.

2. Januari 2019, Adhi Karya Dapat Kontrak Rp 891,9 M
PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatatkan perolehan kontrak baru pada Januari 2019 sebesar Rp 891,9 miliar (di luar pajak). Realisasi perolehan kontrak baru pada Januari itu didominasi proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan senilai Rp 808,4 miliar.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (15/2/2019), manajemen ADHI mengungkapkan kontribusi lini bisnis dari kontrak baru tersebut meliputi lini bisnis Konstruksi dan Energi sebesar 93,4%, Properti sebesar 5,5%, dan sisanya lini bisnis lainnya.

Adapun pada tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri dari proyek gedung sebesar 8,0% dan proyek infrastruktur lainnya sebesar 92,0%. Berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru dari pemerintah sebesar 2,5%, BUMN sebesar 96,3%, dan swasta/lainnya 1,22%.

3. Strategi Ciputra Bidik Penjualan Properti Rp 6 T pada 2019
Di tengah tren kelesuan industri properti, emiten properti PT Ciputra Development Tbk (CTRA) masih mencatatkan kinerja ciamik di 2018. Perusahaan membukukan marketing sales senilai Rp 6,4 triliun, atau setara 83,11% dari target marketing sales 2018.

Tahun ini, Ciputra Development menargetkan pra penjualan atau marketing sales mencapai Rp 6 triliun pada tahun ini. Investor Relations CTRA Aditya Ciputra Sastrawinata meyakini, penjualan properti akan kembali bergairah di 2019.

CTRA mulai membidik pasar end user kelas menengah ke bawah dengan menawarkan proyek properti di bawah Rp 1 miliar. Fokus di pasar ini karena lebih berkesinambungan dan permintaan di segmen ini pun terus tumbuh. Hal juga menjadi strategi di tengah tren industri properti yang melambat sejak 2015.

4. Bangun Jargas, PGN Lakukan Studi Pre-FEED di 26 Kota
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Gas Bumi untuk Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil, pada 23 Januari 2019 lalu.

Regulasi itu membuahkan tuah bagi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). Sebagai Sub Holding Gas, PGN juga akan melakukan percepatan pembangunan dan pengoperasian jaringan gas (Jargas).

Untuk mengebut pengerjaan jargas ini, PGN sudah mulai melakukan studi pre-feed yang dilaksanakan sejak dua bulan lalu. Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Dilo Seno Widagdo menuturkan, pihaknya telah melakukan inventarisasi untuk pemasangan jargas, ada sekitar 26 kota untuk studi pre-feed dan 1,2 juta calon pelanggan yang terdaftar.

5. Ingin Jadi BUKU IV, BTPN Tak Bagi Dividen ke Pemegang Saham
PT Bank BTPN Tbk (BTPN) tidak akan membagikan dividen kepada pemegang saham tahun ini. Ini dilakukan guna memperkuat permodalan bank yang ingin naik kelas menjadi Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 4 pasca merger dengan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC).

Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana menjelaskan, semua laba akan disimpan sebagai return of earnings atau laba ditahan. Terlebih, setelah merger diharapkan BTPN akan jadi bank yang lebih kuat dan besar dalam melayani segmen korporasi dan ritel.

"Tahun ini semua laba itu digunakan dan ditaruh sebagai return of earnings, laba ditahan. Jadi kita tidak membagikan dividen," kata Ongki usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Kantor Pusat BTPN, Jumat (15/2/2019). (prm)

Let's block ads! (Why?)

https://www.cnbcindonesia.com/market/20190218073352-17-56053/btpn-tak-bagi-dividen-sampai-xl-merugi-pantau-5-emiten-ini

Bagikan Berita Ini

0 Response to "BTPN tak Bagi Dividen Sampai XL Merugi, Pantau 5 Emiten Ini - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.