aryawan melintas di antara monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3). IHSG pada perdagangan pekan ini ditutup melemah 16,95 poin atau 0,27 persen ke level 6.304,95. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah di awal pekan ini, setelah sempat rebound dari level terendah tahun 2018, menyusul teror bom yang terjadi di Surabaya pada Minggu 13 Mei 2018. Bursa Efek Indonesia pun menyampaikan keprihatinan yang mendalam terkait serangan bom tersebut.
IHSG pada perdagangan 14 Mei 2018 dibuka turun ke 5.915,37 dibandingkan penutupan akhir pekan lalu di 5.956,83. Meski sempat terkoreksi 1,7 persen hingga ke level 5.800-an, IHSG hari ini ditutup hanya turun 0,16 persen ke 5.947. Mayoritas sektor saham yang ada di Bursa Efek Indonesia pun ikut melemah.
Bursa Efek Indonesia bersama Kliring Penjaminan Efek Indonesia dan Kustodian Sentral Efek Indonesia menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas serangan bom yang terjadi di tiga lokasi gereja di Surabaya. BEI mengimbau agar investor dan seluruh pelaku pasar modal tidak bereaksi berlebihan dan tetap optimis terhadap stabilitas keamanan nasional.
Untuk diketahui, pada Minggu pagi telah terjadi ledakan bom yang diduga merupakan aksi terorisme. Serangan tersebut terjadi di tiga lokasi di gereja di Surabaya. Aksi terorisme itu memakan sejumlah korban jiwa dan korban luka-luka.
Meskipun demikian, biasanya dampak bom terhadap pasar saham Indonesia tampaknya tidak berlangsung lama. Merujuk pada sejumlah kejadian sebelumnya, yakni bom Bursa Efek Indonesia (2000), bom Bali (2002), bom J.W Marriott (2003), bom Kedubes Australia (2004), bom Bali II (2005), bom Mega Kuningan (2009), Sarinah (2016), dan kampung melayu (2017) efek serangan teroris dan pengeboman tidak mengganggu pasar saham dalam jangka panjang. Pada beberapa kejadian, ledakan bom justru menjadi titik balik IHSG untuk rebound. (Baca juga : Jakarta Diserang : Secara Historis, Bom Bisa Jadi Titik Balik Pergerakan IHSG)
Lalu, sektor mana saja yang paling cepat pulih pasca kejadian ledakan bom?
Yang menarik satu hari setelah pasca bom 2003, 2009, 2016 dan 2017 ada satu sektor yang tercatat paling sering menguat paling besar untuk berbalik arah, yaitu sektor Infrastruktur.
Grafik: Kenaikan Indeks Sektoral Pasca Bom 2003, 2009, 2016 dan 2017
Sumber: Bareksa.com
Pasca terjadinya empat peledakan bom sebelumnya sektor infrastruktur terpantau berbalik arah dengan peningkatan yang masuk dalam tiga terbesar di tiga kejadian.
Pada tahun 2017, pasca bom di Kampung Melayu, sektor infrastruktur dalam satu hari berbalik arah sebesar 1,72 persen. Hal ini juga terjadi pada dua kejadian sebelumnya 2003 dan 2009, saat sektor ini berhasil berbalik arah masing-masing sebesar 2,4 dan 2,06 persen
Direktur Utama BEI Tito Sulistio pun yakin teror bom Surabaya tidak akan berpengaruh besar terhadap aktivitas di pasar modal. Secara fundamental perusahaan tercatat yang tergabung dalam LQ45 menunjukkan kinerja yang solid dengan rata–rata pendapatan meningkat sebesar 15,96 persen dan laba bersih meningkat 11,68 persen pada kuartal I-2018 dibandingkan dengan kuartal I-2017.
Sementara kondisi pasar juga cukup stabil yang ditunjukkan dengan likuiditas transaksi yang tinggi dengan rata–rata transaksi harian mencapai Rp8,87 triliun atau meningkat sebesar 16,7 persen dibandingkan dengan di 2017 dan frekuensi harian sebesar 387 ribu atau meningkat sebesar 23,7 persen dibandingkan dengan di 2017. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Secara Historikal, Sektor Mana yang Paling Cepat Pulih Pasca ..."
Post a Comment