Resmi dirilis awal tahun lalu, nyatanya IDX80 yang sempat menjadi favorit karena likuiditasnya yang cukup tinggi, kini harus menerima kenyataan bahwa dirinya turun lebih besar dibandingkan IHSG.
Mari simak ulasan selengkapnya dalam artikel Finansialku berikut ini. Selamat membaca!
Rubrik Finansialku
Favorit Saat Awal Dirilis
Resmi dirilis pada 1 Februari 2019 lalu, IDX80 menjadi indeks anyar yang sangat disukai pasar. Hal ini terlihat dari performa indeksnya yang semakin meningkat.
Dilansir dari Economy.okezone.com, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak awal tahun, indeks IDX80 mengakumulasi kenaikan 4,13%.
Kenaikan ini melampaui indeks LQ45 yang sama-sama memiliki gelar indeks saham paling likuid.
Sejumlah investor pun berlomba untuk segera memilikinya.
Namun nyatanya, performa IDX80 yang sempat menjadi favorit tersebut, harus menerima kenyataan bahwa performa dirinya jauh menurun saat ini. Hal ini diakibatkan oleh beberapa hal.
Dilansir dari Investasi.kontan.co.id, Bursa Efek Indonesia (BEI) merilis valuasi minor atas saham-saham dalam IDX80 pada 25 April 2019 lalu.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terdapat 21 saham yang valuasinya diubah dalam IDX80 ini. Dari jumlah tersebut, 17 di antaranya dinaikkan, sedangkan sisanya harus diturunkan.
Sepanjang bulan Mei 28 Mei, IDX80 turun 8,23% ke 133,39. Penurunan IDX80 ini lebih tajam jika dibandingkan dengan penurunan IHSG sebesar 6,54% dan LQ45 yang tergerus 7,30% pada periode yang sama.
Namun, sejumlah analis menilai berubahnya rasio saham free float dan turunnya valuasi indeks wajar di tengah keadaan investor yang cenderung wait and see.
[Baca Juga: Para Investor Pemula, Begini Tips Membeli Saham yang Benar]
Muhammad Nafan Aji Gusta Utama selaku Analis Binaartha Sekuritas, menjelaskan, pergerakan indeks IDX80 yang turun lantaran sentimen pasar secara global dan domestik sehingga investor cenderung wait and see.
“Misalnya saja trade war yang berkepanjangan membuat investor melakukan aksi profit taking sehingga saham terkoreksi,” jelasnya.
Hasil evaluasi pun menunjukkan bahwa sejumlah saham mengalami free float.
Seperti, sejumlah saham Astra International (ASII) yang digunakan untuk penghitungan indeks IDX80 yang awalnya 17,76 miliar saham naik menjadi 18,25 miliar saham.
Selain itu, jumlah saham Bank Central Asia (BBCA) berkurang dari 5,51 miliar saham menjadi 5 miliar saham.
Bank Rakyat Indonesia (BBRI) berkurang dari 38,57 miliar saham menjadi 31,78 miliar saham.
Serta Bank Danamon Indonesia (BDMN) yang saham free float turun signifikan dari 2,57 miliar saham tinggal 664 juta saham.
Gratis Download Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula
Mudah Berubah
Praska Putrantyo selaku Analis Infovesta Utama TH, mengatakan, faktor lain yang mempengaruhi perubahan saham free float bisa karena aksi korporasi.
Misalnya saja April lalu Bank Jepang MUFG Ltd mengakuisisi Bank Danamon (BDMN) sebanyak 5,17 miliar saham atau senilai Rp49,61 triliun dan menggelar merger antara BDMN dan Bank Nusantara Parahyangan (BNPB).
Sehingga pada 31 Maret 2019 jumlah saham publik BDMN yang sebelumnya 26,17% atau 2,50 miliar saham menyusut menjadi 6,02% atau 576 juta saham pada April 2019.
“Aksi korporasi seperti BDMN yang membuat saham free float berkurang banyak tidak serta merta membuat BDMN akan terdepak dari indeks IDX80,” jelasnya.
Praska mengatakan bahwa bobot perhitungan IDX80 relatif baru dengan menggunakan saham yang dimiliki publik (free float).
Namun anggota yang tercatat di indeks ini dinilai bukan hanya karena saham publiknya saja tapi juga likuiditas sahamnya.
[Baca Juga: Manfaat Asuransi Kecelakaan Diri Mudik atau Lebaran, Berikut Penjelasan Selengkapnya!]
Selain itu menurut Praska, keanggotaan di IDX80 juga tidak ada batasan jumlah free float yang beredar.
Jadi perubahan ini menjadi hal yang wajar. Menurutnya belum tentu saham yang free float banyak bisa likuid.
“Perubahan ini hal yang wajar dan investor bisa terus mencermati saham-saham yang menarik dengan potensi kinerja yang baik ke depannya,” pungkasnya.
Pendapat lain datang dari Herditya Wicaksana selaku Analis MNC Sekuritas.
Ia menilai bahwa indeks IDX80 mengalami penurunan yang cukup signifikan dikarenakan indeks tersebut berisi saham dengan kapitalisasi yang cukup besar.
Hal ini pun mengakibatkan indeks IDX80 menjadi sangat cepat berubah atau terpengaruh saat terjadi goncangan di pasar.
“Yang memengaruhi IDX80 dan IHSG hampir sama, hanya bedanya anggota IDX80 lebih likuid dan melihat free float saham” jelasnya.
Di sisi lain, emiten dengan rasio free float yang besar akan mengalami koreksi cukup dalam karena sahamnya sudah naik cukup tinggi. Maka, tidak heran jika potensi turunnya juga akan besar.
Berikut ini ialah hasil laporan singkat mengenai beberapa saham dalam IDX80, yaitu:
Saham Naik | % | Saham Turun | % |
---|---|---|---|
MNCN | 20,74 | BDMN | 47,12 |
HRUM | 9,73 | ERAA | 20,73 |
SMSM | 8,55 | PPRO | 20,55 |
LINK | 8,42 | PTPP | 19,80 |
WOOD | 7,78 | TKIM | 18,61 |
HOKI | 7,69 | SMGR | 18,51 |
LSIP | 6,88 | TINS | 17,74 |
ACES | 2,32 | CTRA | 17,70 |
ADRO | 1,79 | BNLI | 17,55 |
TPIA | 0,91 | WTON | 17,21 |
Sumber: Bloomberg
Apa pendapat Anda mengenai IDX80 ini? Berikan komentar dan pendapat Anda dalam kolom bawah ini. Jangan lupa untuk membagikan informasi penting ini kepada mereka yang belum mengetahuinya. Terima kasih!
Sumber Referensi:
- Admin. 2 Februari 2019. Mengenal IDX80, Indeks Anyar BEI. Economy.okezone.com – http://bit.ly/2WfVnry
- Arfyana Citra Rahayu. 28 Mei 2019. Koreksi IDX80 Lebih dalam Daripada IHSG dan LQ45 di Bulan Mei. Investasi.kontan.co.id – http://bit.ly/2Mh50BR
Sumber Gambar:
- IDX80 1 – http://bit.ly/2wuw0mw
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sempat Menjadi Favorit, Kini IDX80 Turun Lebih Besar daripada IHSG - Finansialku"
Post a Comment